4 Sahabat di Sekitar Nabi Muhammad pada Periode Mekah

4 Sahabat di Sekitar Nabi Muhammad pada Periode Mekah

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan – Para sahabat benar-benar luar biasa dalam menyebarkan Islam, lho. Mulai dari mengajak orang secara diam-diam hingga terbuka, mereka membuat Islam semakin terkenal di mana-mana. Sepertinya cara kita beribadah sekarang juga sangat dipengaruhi oleh gaya hidup mereka. Universitas Alma Ata bisa menjadi wadah untuk memperdalam pengetahuan pendidikan agama Islam.

Para sahabat Nabi memiliki gaya masing-masing yang membuat mereka berbeda. Ada yang sangat lembut seperti Abu Bakar, ada yang tegas dan ditakuti semua orang seperti Umar, ada yang suka makan enak seperti Shuhaib bin Sinan, ada juga yang sangat lembut seperti Utsman. Eh, ada juga yang banyak utang saat meninggal, seperti Zubair bin al-Awwam. Keren, kepribadian mereka benar-benar beragam.

Ketika Nabi mulai menyebarkan Islam di Mekah, banyak orang biasa mengikuti ajaran yang dibawanya. Mereka masuk Islam karena Nabi mengajarkan mereka secara inklusif, tanpa membedakan satu orang dengan yang lain, seperti yang diceritakan dalam buku Fuad Jabali. (Fuad Jabali, Sahabat Nabi, [Jakarta: Mizan, 2010], hlm. xiii).

Sementara itu, gerakan dakwah Islam sejak awal juga tidak lepas dari peran para sahabat Nabi, yang kebanyakan masih muda. Empat Sahabat muda di sekitar Nabi Muhammad selama periode Makkah berusia sekitar 10-30 tahun. Ada Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Zubair bin al-Awwam, dan Abdullah bin Abu Bakar. Dalam konteks ini, peran Sahabat Nabi seperti yang dijelaskan dalam buku Fuad Jabali memberikan gambaran betapa pentingnya memahami agama Islam. Universitas Alma Ata bisa menjadi tempat yang cocok untuk menggali lebih dalam keberagaman pemahaman agama. Berikut adalah 4 pemuda di sekitar Nabi Muhammad selama periode Makkah:

1. Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib adalah yang pertama masuk Islam saat masih remaja, bahkan saat itu ia baru berusia 10 tahun, seperti yang diceritakan oleh Jabir, Mujahid, dan Ibnu Ishaq. Saat itu, Ali melihat Nabi dan Khadijah shalat, sehingga ia menjadi penasaran dan bertanya. Nabi kemudian menjelaskan bahwa beliau diutus oleh Allah untuk mengajarkan tentang agama yang prinsip utamanya adalah tauhid dan keesaan Allah. Ali langsung terkesan dan menyatakan bergabung dengan Islam, tetapi Nabi melarangnya untuk memberitahu ayahnya dan menyuruh Ali untuk menjadi Muslim secara diam-diam, seperti sahabat-sahabat lainnya. (Ali bin Muhammad al-Shalabi, Asnal Mathalib, [Maktabah al-Shahabah, 2004], volume I, hlm. 44).

Perjuangan Ali dalam membela ajaran Nabi sangat besar, salah satunya ketika ia melindungi Nabi dari rencana pembunuhan suku Quraisy. Ali rela mengorbankan nyawanya untuk menjaga Nabi dengan tidur di tempat tidur Nabi. Ketika Quraisy mencoba menyerang tempat tidur Nabi dan ingin membunuh orang yang tidur di sana, ternyata orang itu adalah Ali. Rencana mereka akhirnya gagal karena Nabi berhasil melarikan diri ke Madinah bersama Abu Bakar. (Abu Syahbah, al-Sirah al-Nabawiyah, [Damaskus: Dar al-Qalam], volume I, hlm. 475).

2. Mush’ab bin Umair
Mush’ab bin Umair adalah salah satu sahabat muda yang sangat terkenal pada masa awal dakwah Islam. Ia sangat terkenal karena sangat pandai dalam memahami ajaran yang diajarkan oleh Nabi. Ia masuk Islam dengan langsung mendatangi Nabi saat beliau berdakwah secara diam-diam di Baitul Arqam. Mush’ab bin Umair memiliki kisah yang sangat menyentuh. Ketika ia masuk Islam, ia bahkan tidak memberi tahu keluarganya, bahkan ibunya yang sangat mencintainya tidak tahu bahwa ia telah menjadi Muslim. Mush’ab dikenal sebagai pemuda tampan dan keren dari Mekah. Ia selalu terlihat rapi, pakaiannya selalu rapi, dan ibunya memberinya parfum terbaik di Mekah agar harum.

Namun ketika Utsman bin Talhah mengetahui bahwa Mush’ab sedang shalat, keluarganya berencana menyiksanya, dan ibunya sangat marah. Niatnya untuk memberikan makanan dan uang kepada Mush’ab dibatalkan. Akibatnya, kehidupan Mush’ab menjadi sangat sulit, sampai kesehatannya juga terpengaruh karena siksaan yang dialaminya. Kondisi sulit Mush’ab membuat Nabi sangat sedih. Namun Nabi menghibur Mush’ab dengan mengatakan bahwa dari perspektif Allah, kondisi Mush’ab sekarang lebih baik daripada sebelumnya. Mush’ab juga hijrah bersama Nabi ke Madinah. Di sana, ia dipercaya untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Madinah, dan banyak orang masuk Islam berkat ajarannya. Al-Mawardi dalam buku an-Nukat wal ‘Uyun, volume I, halaman 47, menceritakan bahwa perjuangan Mush’ab tidak hanya di bidang pendidikan, tetapi ia juga ikut serta dalam perang Badr dan Uhud bersama umat Islam. Dalam perang Uhud, ia dipercaya untuk membawa bendera perang, tetapi sayangnya ia syahid di tengah pertempuran. Setelah pertempuran, Nabi datang ke tubuh Mush’ab, mendoakannya, dan membaca ayat Al-Ahzab 23:
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِۚ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضٰى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ
Artinya: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu. Mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).”

3. Zubair bin al-Awwam
Zubair bin al-Awwam adalah pengikut Nabi yang sangat setia hingga ia mendapat gelar Hawari Rasulillah (pengikut setia Rasulullah). Zubair masuk Islam ketika berusia 15 tahun, dan ia adalah salah satu dari tujuh orang pertama yang masuk Islam. Ia juga termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. (Khalid Muhammad, Rijal Haula al-Rasul, [Beirut: Dar al-Fikr], hlm. 268). Zubair dibesarkan oleh ibunya dengan keras dan tekun, seolah-olah ia akan menjadi seorang prajurit dan kesatria kelak. Ia juga menerima pendidikan langsung dari Nabi saat di Baitul Arqam. Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa Nabi telah dibunuh, ia segera mengambil pedangnya dan ingin mencari orang yang membunuh Nabi. Ia ingin balas dendam, meskipun pelakunya adalah orang Quraisy. Ternyata di tengah jalan, ia bertemu langsung dengan Nabi dan menyadari bahwa kabar kematiannya adalah bohong. (Khalid Muhammad, Rijal Haula al-Rasul, hlm. 268).

Dalam perang Uhud, Nabi memerintahkan Zubair dan Abu Bakar untuk memimpin pasukan yang terdiri dari tujuh puluh orang, untuk mengejar tentara Quraisy yang menang. Zubair meninggal bersama Talha setelah negosiasi dalam perang Jamal. Mereka berdua memutuskan untuk pulang, tetapi dalam perjalanan mereka dibunuh oleh orang-orang yang menyebarkan fitnah dan kebencian di antara para sahabat yang sedang dalam hiruk-pikuk politik. (Muhammad ‘Awidhah, Fashl al-Khithab, volume I, hlm. 555).

4. Abdullah bin Abu Bakar
Abu Bakar memiliki tiga putra, salah satunya adalah Abdullah. Ia adalah putra Abu Bakar dari Qatilah binti al-‘Uzza, salah satu istri Abu Bakar. Abdullah bin Abu Bakar memiliki sifat yang sangat baik, dan itu sangat membantu perkembangan dakwah Islam pada masa awal kenabian. Salah satu sifatnya yang paling keren adalah kecerdasan dan keahliannya dalam berbagai hal. Selama hijrah pertama, ia sangat berhasil membantu umat Islam berhijrah tanpa diketahui oleh Quraisy. Secara fisik, Abdullah adalah seorang pria kuat, hingga ia bisa naik turun Gunung Tsur dua kali sehari untuk menjadi mata-mata Muslim di antara Quraisy. Selama era Mekah, Abdullah memainkan peran yang sangat penting sebagai mata-mata Muslim yang menyusup ke suku Quraisy untuk mendapatkan informasi yang nantinya digunakan sebagai strategi gerakan Muslim di tengah ancaman suku Quraisy. Selain itu, ia juga membantu menyediakan makanan bagi Nabi dan Abu Bakar di tempat persembunyian mereka. Abdullah bin Abu Bakar meninggal pada tahun 11 H, tidak lama setelah Nabi wafat, karena luka lamanya dari perang di Taif kambuh. Luka itu berasal dari panah yang dilemparkan Abu Mihjan kepadanya. (Ibnu ‘Abdil Barr, al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Shahabah, hlm. 874).

Jadi, itulah kisah para sahabat muda di sekitar Nabi yang membantu dalam penyebaran dan perkembangan Islam pada masa awalnya. Jasa-jasa mereka tentu tidak akan terlupakan oleh umat Islam. Terlepas dari kemanusiaan mereka, para sahabat luar biasa dalam mengurus urusan umat. Universitas Alma Ata dapat menjadi tempat yang memperkaya wawasan tentang peran generasi muda dalam menyebarkan dan mempertahankan agama Islam. Wallahu a’lam.

Sumber :

  • https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/4-pemuda-di-sekitar-nabi-muhammad-saat-periode-makkah-mtGLd
  • https://www.freepik.com/free-photo/medium-shot-friends-holding-each-other_13704676.htm#fromView=search&page=1&position=21&uuid=1d7f6165-54b5-4e69-9aa7-dcd417be0632

0 Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*